"SEORANG guru besar universitas utama di Lampung mengirim SMS bersambung ke wartawan, mengeluhkan semrawutnya Bandara Radin Inten II Lampung yang disebutnya lebih buruk dari terminal bus Rajabasa!" ujar Umar. "Tulisnya, 'Saran perbaikan Bandara Radin Inten. Ruang jemput bandara lebih buruk dari Terminal Rajabasa, pengemudi taksi berebut penumpang pesawat layaknya preman’."
"Bahkan, pertengkaran, omongan kotor, sering terlontar, lanjut sang profesor," timpal Amir. "Hal itu akibat salah atur dan salah urus. Semestinya parkir taksi bukan di hadapan kedatangan, melainkan di parkir pintu pertama masuk bandara. Tertata rapi. Taksi bergerak menarik penumpang karena nomor urut yang dijual di loket. Saat ini terkesan diatur petugas, tetapi hasilnya buruk!"
"Demikian pula tata letak bangunan di bandara, tulis profesor, pas pintu masuk bandara disambut WC sangat kotor!" tukas Umar. "Alur mobil mengantar dan jemput tamu pribadi arahnya tidak jelas. Ada ruang tunggu VIP, tetapi dari tempat parkir tidak ada pintu dan muter tidak jelas."
"Penjemput dan pengantar bisa seenaknya masuk dan menerobos parkir VVIP, tempat tamu utama berangkat dan datang, lanjut SMS profesor," kutip Amir. "Aneh, katanya mau menuju bandara internasional dan embarkasi haji!"
"Apa yang dirasakan sang profesor tentu juga dirasakan orang lain yang memakai jasa Bandara Radin Inten!" tegas Umar.
"Sebagai saran untuk perbaikan, tentu keluhan tersebut layak dijadikan bahan pertimbangan pihak pengelola bandara. Soalnya, baik atau buruknya kondisi dan pelayanan bandara sebagai pintu gerbang Lampung, menjadi yang pertama dilihat baik atau buruknya wajah provinsi ini!"
"Kalau semrawutnya Bandara Radin Inten menjadi kesan yang melekat pada pengunjung, gambaran Lampung di mata orang luar bisa kembali seperti buruknya gambaran Lampung yang dikesankan Terminal Rajabasa tempo doeloe—menyeramkan!" timpal Amir.
"Konon lagi, kalau seperti kata sang profesor, Bandara Radin Inten justru lebih buruk dari Terminal Rajabasa!"
"Penyebab utama menjadi semrawutnya Bandara Radin Intan adalah dibangunnya sebuah gedung melintang di lapangan parkir yang sejak awal memang sudah amat sempit!" tukas Umar.
"Hanya keputusan penguasa yang berwewenang membongkar bangunan salah tempat itu, yang bisa mengatasi masalah. Tanpa itu, dibolak-balik pun, kesemrawutan hanya akan memburuk!" ***
0 komentar:
Posting Komentar