“PEMIMPIN itu seperti generator—pusat pembangkit listrik—yang menjadi pusat energi bagi seluruh jaringan yang terkait dalam kawasan kepemimpinannya!” ujar Umar. “Ketika sebuah pusat pembangkit menyala, seluruh titik api, bohlam, kulkas, mesin cuci, Sanyo, dan lain-lainnya semua secara saksama menyala!”
“Beraneka jenis perangkat itu, dari bohlam sampai televisi, seperti beraneka bidang kehidupan—ekonomi, pendidikan, hukum, kesehatan, dan sebagainya—maupun beragam kelompok sosial masyarakat yang berbeda suku agama dan lainnya, yang secara komprehensif semuanya terkait dengan sang pemimpin sebagai pusat energi dan semuanya pun menyala!” timpal Amir.
“Apakah wujud energi yang dialirkan oleh seorang pemimpin hingga segenap jaringannya mengikuti segala arahan sang pemimpin yang disampaikan hanya lewat pesan-pesan verbal, bahkan cuma lewat doa?” “Energi itu bernama karisma!” jawab Umar.
“Karisma selama ini memang masih dipahami sebagai kekuatan pengaruh pada kepemimpinan kultural atau bersifat tradisional! Tapi apakah benar karisma cuma terbatas pada pemimpin yang bersifat kultural dan tradisional?”
“Kasus Franklin Delano Roosevelt, satu-satunya Presiden Amerika Serikat yang terpilih empat kali berturut dalam kurun 1933—1945 justru di era resesi global yang berat dan Perang Dunia II, menunjukkan karisma tidak terbatas pada pemimpin kultural dan tradisional!” tegas Amir.
“Lewat kasus tersebut, kita bisa mengenali energi yang dialirkan seorang pemimpin yang bisa membuat nyala semua jaringan terkaitnya, tak lain adalah harapan! Jika harapan yang memimpin dan dipimpin nyambung, semua perangkat terkait jaringan tersebut pun menyala!”
“Masalah dalam kepemimpinan di negeri kita selama ini tak lain adalah berbeda dan tidak nyambungnya harapan atau mimpi yang memimpin dan yang dipimpin!” timpal Umar. “Para pengikut berharap getuk dan tiwul selalu cukup untuk keluarganya setiap mereka membutuhkan, sedang pemimpin mimpi koleksi mobil mewahnya memenuhi garasinya yang seluas hanggar, serta mimpi punya apartemen bintang lima di Singapura, atau malah Paris—berisi fustun-fustun-nya!”
“Dalam masyarakat yang mimpi pemimpin tidak nyambung bahkan berbeda jauh dari impian rakyat yang dipimpin,” tukas Amir, “Karisma memang hanya lebih dikenal pada pemimpin kultural-tradisional!” *** (Bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar