"HATTA Rajasa, calon wapres pasangan capres Prabowo Subianto dalam Pilpres 2014, Senin (1/9) malam, mengucapkan selamat kepada presiden terpilih Joko Widodo dalam pertemuannya di rumah Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh!" ujar Umar. "Pertemuan terkesan bernuansa rahasia, tak memberi informasi kepada wartawan yang menunggu di luar rumah (Kompas.com, 2/9).
"Seusai pertemuan itu, di pita running text Metro-TV muncul berita ‘Hatta Rajasa sudah memberi ucapan selamat Jokowi’," timpal Amir. "Selasa pagi muncul berita di pita sama hasil pertemuan SBY dan Koalisi Merah-Putih,
'Koalisi Merah-Putih akui kemenangan Jokowi-JK' dan 'Presiden: Koalisi Merah-Putih sebagai penyeimbang pemerintah’. Tampak ada peredaan situasi konflik di gelanggang politik nasional usai Hatta Rajasa secara elegan melakukan politik silaturahmi, menemui presiden terpilih Joko Widodo untuk mengucapkan selamat!"
Ucapan selamat Hatta Rajasa tepat waktu, setelah gugatan pasangan Prabowo-Hatta ditolak PTUN akhir pekan lalu!" tegas Umar. "Ucapan selamat itu sekaligus memberi isyarat, Koalisi Merah-Putih di parlemen akan menjadi penyeimbang yang sehat, bukan sejenis pengganggu asal jegal kebijakan pemerintah!"
"Bukan sekadar sehat, politik silaturahmi berdasar dan berporos pada akal sehat—yang benar-benar berorientasi pada kepentingan rakyat, kepentingan negara-bangsa, kemanusiaan, dan prinsip-prinsip demokrasi!" timpal Amir.
"Terpenting, politik silaturahmi dengan akal sehat tak menonjolkan kepentingan elite politik an sich yang penuh intrik dan fitnah!"
"Politik silaturahmi dengan akal sehat dicirikan oleh praktiknya yang serbaetis, penuh kesantunan!" lanjut Umar.
"Dengan demikian, perilaku setiap elite politik bisa menjadi teladan baik masyarakat, bukan lagi contoh buruk yang gemar menebar fitnah dan kebencian antarsesama!"
"Terlepas dari agenda politik di balik pertemuan 'rahasia' ketiga tokoh, Jokowi-Hatta Rajasa-Surya Paloh, langkah politik silaturahmi Hatta Rajasa memberi ucapan selamat kepada presiden terpilih sebagai pesaingnya di pilpres bisa menjadi awal tradisi baik dalam ptaktik politik di negeri kita!" tegas Amir.
"Apalagi, dengan pilpres yang hanya memilih dua pasang calon, warga bangsa terbelah dalam dua pilihan. Lewat politik silaturahmi Hatta Rajasa, keterbelahan bangsa secara sosio-psikologis itu bisa disatukan kembali dalam hakiki persatuan Indonesia!" ***
0 komentar:
Posting Komentar