"DALAM sistem oligarkis, kepemimpinan orang yang didaulat sebagai penguasa utama di partai politik mirip raja!" ujar Umar. "Setiap kata dan tindaknya titah yang harus dilaksanakan oleh pengurus partainya! Setiap pengurus di partainya merupakan abdi dalem, harus berbakti kepada penguasa utama tersebut!"
"Dengan semua orang dalam partainya patuh dan taat tanpa reserve pada sang penguasa utama, bahkan dilengkapi sikap pejah gesang nderek kanjeng sinuwun—hidup mati ikut penguasa tumpuan permohonan—iklim demokratis dalam tubuh partai semata pseudomatika, hanya seolah-olah!" timpal Amir. "Sementara kata putus segala sesuatu dalam partainya, baik soal kebijakan partai sampai restu bagi kader maju ikut pilkada, semua ada di tangan penguasa utama!"
"Dalam sistem oligarkis seperti itu, aneh kalau ada sebuah kebijakan untuk membawa walk out fraksi partainya di DPR yang beranggota lebih 100 orang hanya diputuskan sendiri oleh ketua fraksi—atau apalagi hanya oleh juru bicara fraksi!" tukas Umar.
"Jika kemudian dibentuk tim mencari siapa yang bertanggung jawab membawa fraksi itu walk out, publik mudah menebak hal itu dilakukan untuk merehabilitasi kesan masyarakat yang telanjur menilai pasti penguasa utama yang memutuskan!"
"Namun, lebih fatal lagi akibat absolutnya kekuasaan penguasa utama, partai-partai politik bisa mereka bawa keluar jalur yang bertentangan dengan kepentingan rakyat, termasuk konstituennya sendiri, hanya demi melampiaskan perasaan bahkan dendam para oligarkis semata, seperti diurai tulisan pertama!" lanjut Amir.
"Celaka bila political decay—pembusukan politik—itu telah terjadi secara nasional, rakyat tidak punya pilihan lain karena semua partai telah jadi oligarkis!"
"Dalam hal ini, bisa saja penguasa utama (oligarki) dalam sebuah partai bukan hanya sesosok tokoh, melainkan sekelompok tokoh yang bersekongkol membawa partai ke arah berlawanan dengan kepentingan rakyat dan konstituennya!" timpal Umar.
"Jika itu terjadi, gejala pembusukan politik oligarkis telah mencapai tingkat terburuk! Dalam kondisi sedemikian, rakyat tak mendapat apa pun dari setiap kebijakan politik, kecuali kemunduran!"
"Akibatnya, dari setiap langkah yang dibuat secara konspiratif, rakyat hanya bisa pasrah menjadi korban pelampiasan perasaan para oligarkis!" tegas Amir. "Malang nian rakyat yang dicengkeram para penguasa oligarkis!" *** (Habis)
0 komentar:
Posting Komentar