"SEJAK 2009 ternyata Indonesia sudah mengimpor ikan asin!" ujar Umar. "Tak kepalang pula, ikan asin itu didatangkan dari Inggris, Jepang, Singapura, dan Hong Kong!" (detik.com, 23/9).
"Impor ikan asin itu tinggal soal waktu saja, setelah negeri kita yang dua pertiga wilayahnya laut sudah mengimpor garam lebih dari 90% kebutuhannya!" timpal Amir.
"Impor ikan asin bukan mustahil akibat perubahan iklim, ombak jadi ganas, nelayan kita sering tak berani melaut!"
"Nelayan jadi tidak melaut bukan cuma karena cuaca buruk, tapi lebih sering karena solar untuk perahunya sukar didapat, akibat pasokan solar nelayan tersendat, bawa jeriken ke SPBU umum tak dilayani!" tukas Umar. "Dengan demikian, kekurangan pasokan ikan asin terjadi sistematis di balik permainan mafia migas dan pembatasan BBM bersubsidi dalam rangka menjaga batas kuotanya!"
"Tapi bangsa Indonesia sekarang sudah imun dengan berita impor pangan! Nyaris segalanya produk pertanian diimpor meski kita negara agraris, juga produk lautan tanpa kecuali kita negeri maritim!" timpal Amir. "Alasan kenapa kita tidak alergi impor segala produk yang seharusnya bisa dipenuhi negeri sendiri itu, karena konon sejak nenek moyang sudah impor garam sehingga bibir orang Indonesia tak asing menyebut garam inggris!"
"Guyon begitu hanya untuk justifikasi keteledoran pamong pembuat kebijakan, sekaligus kemalasan dan kelemahan warga mengantisipasi kekurangan atas aneka kebutuhan pokok hingga usaha mengatasinya selalu ketinggalan oleh ruwetnya masalah!" tegas Umar.
"Karena itu, mendesak dibentuk kementerian tetek bengek untuk mengurusi hal-hal tercecer yang tak tertangani kementerian bidang yang sibuk dengan hal-hal besar!"
"Setali tiga uang, itu guyon solusi dari guyon!" sambut Amir.
"Dengan cara pikir begitu, bangsa kita tak kunjung maju, berputar-putar di lingkaran yang sama!"
"Lebih baik berputar di lingkaran yang sama daripada mundur terus dalam segala bidang!" tegas Umar. "Tahun 1980-an Indonesia mendapat penghargaan PBB karena swasembada pangan, kini dari beras, gula, garam, kedelai, buah-buahan, sayuran, daging, sampai ikan asin, total lebih 70 komoditas pertanian kita harus impor!
Bahkan elite politik melengkapkan kita sebagai bangsa undur-undur—segala serbamundur! Setelah era reformasi kedaulatan rakyat ditegakkan lewat kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat, kini dipaksa mundur ke era Orde Baru kepala daerah dipilih DPRD!" ***
0 komentar:
Posting Komentar