"JALUR Gaza hancur lebur setelah 50 hari diserang Israel sejak 8 Juli 2014, lebih 2.100 warga Gaza tewas dan lebih 10 ribu orang luka-luka!" ujar Umar. "Butuh 20 tahun untuk membangun kembali Gaza dari puing 17 ribu rumah yang hancur dan 5.000 rumah butuh banyak perbaikan, sesuai penilaian Shelter Cluster, organisasi lintas badan yang bekerja membangun wilayah kena bencana atau konflik," (Kompas.com, 31/8)
"Organisasi berbasis di Norwegia dengan partisipasi UNHCR dan Palang Merah Internasional (ICRC) itu menggarisbawahi betapa kompleksnya membangun kembali Jalur Gaza!" timpal Amir. "Kendala utama pada biaya yang sangat besar, mencapai 6 miliar dolar AS atau mendekati Rp70 triliun. Kendala lain, blokade Israel sejak Hamas berkuasa di Gaza 2007. Israel melarang impor ke Gaza bahan bangunan, khawatir digunakan Hamas membuat roket atau terowongan bawah tanah untuk serangan lintas perbatasan!"
"Untuk penggalangan dana, Mesir dan Norwegia menyiapkan konferensi negara-negara donor dalam waktu dekat," tukas Umar. "Sedang untuk memasukkan bahan bangunan ke Gaza, Shelter Cluster harus mendapat izin Israel, penguasa pintu pelintasan kargo masuk ke Gaza. Kalaupun dapat izin, kapasitas pelintasan kargo Israel-Gaza hanya 100 truk pembawa bahan bangunan sehari—itu alasan perlu 20 tahun membangun kembali Gaza!"
"Jalur Gaza terletak di pantai timur Laut Tengah, sebelah barat daya berbatasan dengan Mesir (Sinai) sepanjang 11 km, sebelah timur dan utara dengan Israel sepanjang 51 km," timpal Amir. "Luas Gaza 365 km persegi, panjang 41 km dan lebar antara 6 km dan 12 km. Jumlah penduduk 1,7 juta jiwa, mayoritas Sunni."
"Sejak 2007 wilayah Gaza diblokade Israel, kebutuhan hidup warganya disuplai lewat sejumlah terowongan bawah tanah yang tembus dari Gaza ke lokasi rahasia di Sinai," tegas Umar. "Dalam serangan 50 hari terakhir, selain menghancurkan bangunan sipil di Gaza, target utama Israel—hingga mengorbankan lebih dari 70 orang tentaranya tewas sebagai konsekuensinya—adalah menghancurkan semua terowongan rahasia penyelemat hidup (survivor tunnel) warga Gaza!"
"Usaha Shelter Cluster tentu amat baik dan layak didukung!" tukas Amir. "Tapi cukup menggelitik, kenapa Norwegia jauh di Eropa Utara yang peduli, bukan negara berpenduduk muslim terbesar yang berinisiatif menggalang negara kaya seperti Arab Saudi, Kuwait, UAE, Qatar, Bahrain, untuk membangun kembali Gaza?" ***
0 komentar:
Posting Komentar