Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Kenapa Bank Peras Dunia Usaha?

ANTARA suku bunga deposito pada bank-bank besar Indonesia di kisaran 5,00% dengan suku bunga kredit di kisaran 12,00% terdapat jarak 7%. Jarak itu jauh dibanding di negara-negara ASEAN yang hanya sekitar 2,50%—4,00%. Perbedaan jarak yang besar antara suku bunga deposito dan kredit di Indonesia dari ASEAN itu mengesankan bank-bank di Indonesia memeras dunia usaha negerinya sendiri.
Lebih kuat lagi kesan itu ketika bank sentral (BI) telah menurunkan suku bunga acuan praktis sebesar 3,00%, dari semula 7,50% menjadi 4,50%, perbankan hanya menurunkan suku bunga deposito mengikuti acuan tersebut, tapi tetap mempertahankan suku bunga kredit di kisaran 12%. Kebijakan BI menurunkan suku bunga acuan bertahap hingga 3% itu oleh pihak bank ternyata hanya dijadikan fasilitas menambah keuntungan mereka belaka.
Akhirnya, justru kebijakan BI yang memperjauh jarak suku bunga deposito dari suku bunga kredit. Sekaligus, memperbesar perbedaan jarak dimaksud dengan ASEAN karena sebelumnya jarak di Indonesia juga dalam scope ASEAN, di kisaran 4,00%. Tapi, kenapa bank di Indonesia tega memeras dunia usaha negerinya sendiri, yang justru merupakan bumi tempatnya hidup?
Kemungkinan penyebabnya, ketika BI mengubah suku bunga acuan ke sistem 7-day repo rate yang memangkas langsung suku bunga acuan hingga lebih dari 2,50%, OJK tidak mengantisipasinya dengan aturan yang menetapkan batas atas dan bawah jarak suku bunga acuan dengan suku bunga kredit. Di dunia transportasi saja diatur tarif batas atas dan bawah. Tapi, di perbankan tidak diatur, maka bebaslah bank bertahan di tarif atas tanpa peduli itu memeras dunia usaha.
Peluang mencetak keuntungan bersih yang besar itu mendukung kinerja sektor perbankan yang langsung menjadi primadona pasar saham. Laju peningkatan harga saham sektor perbankan yang mengeskalasi gain cukup pesat, dengan pembagian dividen yang aduhai setiap kuartal, saham bank pemerintah yang go public pun laris manis sehingga mayoritas saham bank pemerintah dikuasai asing melalui mekanisme pasar saham.
Di sisi lain, dengan keuntungan yang besar dari operasional bank dari selisih jarak antara suku bunga tadi, serta gain dari pasar modal, reputasi pimpinan bank menguat, diikuti kenaikan penghasilan sah tahunan mereka. Semua itu harus dipertahankan dengan sumbunya menahan suku bunga kredit tetap tinggi. Sebab itu, tanpa langkah OJK membuat batas atas dan bawah tadi, bank akan leluasa memeras dunia usaha. ***

0 komentar: