Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Pemantapan Pancasila di Istana!

KEPALA Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Yudi Latif menyatakan 11—12 Agustus 2017 ini mengumpulkan mahasiswa dari seluruh Indonesia di Istana Bogor untuk acara pemantapan Pancasila. Untuk kegiatan ini, UKP-PIP bekerja sama dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. "Mahasiswa itu dikumpulkan untuk mengalami proses penguatan nilai-nilai Pancasila," ujar Yudi. (Kompas.com, 3/8/2017).
Untuk penguatan nilai Pancasila pada acara tersebut dibuat kekinian. Misalnya berbentuk penayangan film, permainan, hingga diskusi. "Kami harapkan sehingga belajar Pancasila itu menjadi suatu yang menyenangkan," ujar Yudi.
Acara pemantapan Pancasila ini akan dibuat berkelanjutan. Berikutnya digelar di Jakarta Convention Center (JCC), 21—22 Agustus 2017.
Pemilihan tempat untuk memulai pemantapan Pancasila di Istana Bogor tepat, selain karena lokasinya tenang hingga peserta bisa fokus dan konsentrasi, Istana Bogor juga merupakan tempat pertama Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamal Pancasila (P-4) yang waktu itu diberikan langsung Presiden Soeharto kepada para peserta calon Menggala. Jadi, sejarah sosialisasi Pancasila nyambung di tempat tersebut.
Untuk pilihan peserta pertama sosialisasi Pancasila kali ini mahasiswa juga tepat, karena mahasiswa merupakan barisan elite masa depan bangsa. Dengan demikian, pengalaman kesalahan implementasi Pancasila dalam kehidupan bernegara bangsa tak perlu terulang di masa depan.
Pengalaman kesalahan implementasi itu seperti yang dikemukakan Ketua Badan Pengkajian Pancasila Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Sadono, ditemukan banyak Undang-Undang yang bertentangan dengan Pancasila (Viva.co.id, 20/8/2015). "Ada lisnya undang-undang yang tidak merujuk Pancasila harus direvisi," ujar Bambang Sadono.
Dengan pemantapan Pancasila sedemikian relevan bagi masa depan bangsa yang semakin penuh tantangan, dengan metode apa pun pemantapan itu harus mampu menanamkan Pancasila simultan pada warga bangsa masa depan secara kognitif (menguasainya sebagai pengetahuan), afektif (menjadi landasan sikapnya), psikomotorik (mendorong pengaktualan dalam perilakunya), hingga Pancasila mendarah-daging dalam dirinya menjadi naluri atau insting kedua yang sublim, tercerahkan.
Tanpa mencapai proses capacity building yang simultan dimaksud, pemantapan semacam hanya akan menjadi ornamen kekuasaan, mengulang indoktrinasi Orde Lama atau Penataran P-4 Orde Baru. ***

0 komentar: