Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Media Sosial Memperparah Kesepian!

PENELITIAN atas 1.787 responden dari generasi milenial AS usia 19—32 tahun terkait penggunaan media sosial populer, seperti Facebook, Twitter, dan Instagram menemukan seseorang yang merasa kesepian mencari teman di dunia maya tidak akan banyak terbantu menjadi dekat atau terhubung dengan orang lain. Makin lama ia menghabiskan waktu di media sosial, makin cenderung merasa terisolasi secara sosial.
Hasil penelitian University of Pittsburgh's Center for Research on Media, Technology and Health, itu tidak diduga peneliti ketika mereka memulai penelitian karena media sosial seharusnya membuat seseorang merasa terhubung dengan orang lain. "Kami benar-benar berharap media sosial akan memberikan setidaknya manfaat," kata peneliti utama Brian A Primack, direktur pusat penelitian tersebut. (Kompas.com, 9/3/2017)
Bahkan ketika peneliti menyimak faktor-faktor seperti status hubungan dan tingkat pendidikan, mereka menemukan bahwa orang yang menggunakan media sosial lebih dari dua jam sehari cenderung dua kali merasa terisolasi secara sosial, dibandingkan yang waktu main di media sosialnya hanya 30 menit sehari. Mereka yang menggunakan platform media sosial sekitar 58 kali per minggu cenderung tiga kali merasa terisolasi dibandingkan mereka yang beraktivitas kurang dari sembilan kali.
Hasil penelitian ini yang membuktikan makin lama orang menggunakan media sosial akan makin kesepian atau terisolasi secara sosial, menambah banyak dimensi negatif media sosial. Penelitian lain menemukan media sosial memicu kecemasan. Penelitian lain lagi menemukan media sosial memicu amnesia digital, ketika orang yang mengikuti media sosial berjuang memilah fakta dan fiksi, hingga akhirnya tidak mampu memilah fakta dan fiksi bahkan terkait informasi jati diri sendiri yang ia unggah.
Selain itu masih banyak lagi hal negatif membelit media sosial, sehingga tak kepalang Presiden Jokowi berulang-ulang wanti-wanti untuk menghentikan penyebaran fitnah di media sosial, berita hoax maupun rekayasa informasi untuk mendiskreditkan pihak tertentu. Semua itu menjadikan media sosial tidak bisa dijadikan sumber informasi yang layak dipercaya. Informasi dari media sosial masih harus dikonfirmasi pada media arus utama yang cara mendapatkan informasi dan penyiarannya didasari kaidah etika dan moral.
Oleh karena itu, Primack melanjutkan studi bagaimana tepatnya masyarakat menggunakan media sosial untuk kehidupan yang lebih baik. ***

0 komentar: