Artikel Halaman 8, Lampung Post Senin 18-11-2019
Investasi, FDI RI Hanya 6,7% PMTB!
H. Bambang Eka Wijaya
MESKI kontribusi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 32,32% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dengan pertumbuhan 6,67% (BPS), Penanaman Modal Asing Langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) di Indonesia 2018 menurut data United Nation Conference on Trade and Development (UNCTAD, 12/6/2019) hanya 6,7% dari PMTB.
Angka FDI Indonesia terhadap PMTB itu di bawah Filipina (7,2 %), lebih jauh di bawah Vietnam (29,2%). Juga jauh di bawah rata-rata Asia Tenggara (18,6%). Celakanya, jika FDI yang masuk (inward) terendah, FDI yang keluar alias hengkang (outward) tinggi (2,5%), dibanding Filipina (0,7%) dan Vietnam (1,1%).
Demikian profil investasi asing langsung di Indonesia. Dengan itu wajar jika sejak pidato perdana usai dilantik untuk priode kedua, Visi Indonesia, sampai pada Rakornas Indonesia Maju Pemerintah Pusat dan Forkopimda (13/11) nada suara Presiden Jokowi selalu tinggi setiap bicara investasi.
"Ada dua hal agenda besar yang harus sama-sama kita perhatikan, yaitu berkaitan dengan Cipta Lapangan Kerja dan Investasi," tegas Jokowi.
Investasi dan lapangan kerja, menurut Jokowi, merupakan dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Dengan kemudahan investasi, lapangan kerja akan tercipta dan akan mampu menyerap tenaga kerja. Karena itu, dua hal ini ditekankan untuk mendukung Indonesia Maju.
Kemudahan perizinan investasi dan pemangkasan birokrasi perizinan perlu dilakukan untuk meningkatkan transaksi neraca berjalan dan neraca perdagangan. Dengan demikian, hal ini bisa berdampak pula pada kepercayaan investor untuk berinvestasi.
"Yang kedua, agar setiap investasi itu mengikutkan usaha kecil mikro daerah. Saya sudah titip ke menteri-menteri kalau ada investasi, usaha daerah dan lokal diikutkan. Makanya kalau ada investor berkaitan dengan ekspor dan barang substitusi impor, sudah tutup mata dan tak perlu ditanya-tanya langsung tandatangani," tegas Jokowi. (Tempo.co, 13/11/2019)
Presiden benar, untuk meningkatkan investasi perlu pembenahan pelayanan administrasi yang terpadu pusat-daerah. Itu didukung kemudahan mendapatkan lokasi investasi, aman dan nyaman berusaha, insentif pajak.
Sedangkan untuk relokasi industri dari Tiongkok, Vietnam mungkin lebih diuntungkan oleh rendahnya resistensi masyarakatnya pada modal asing asal Tiongkok. Bandingkan dengan berisiknya resistensi terhadap kehadiran modal Tiongkok di Morowali, termasuk banjir hoaks yang bisa saja memengaruhi minat investor. ***
0 komentar:
Posting Komentar