Artikel Halaman 8, Lampung Post Kamis 28-11-2019
Sistem Pembelajaran Merdeka!
H. Bambang Eka Wijaya
DALAM seruannya kepada guru untuk melakukan perubahan di kelas, Mendikbud Nadiem Makarim memastikan dirinya akan berjuang untuk kemerdekaan belajar di Indonesia. Maksudnya, ia akan menjalankan sistem pembelajaran merdeka yang lebih demokratis.
Dari arahannya apa yang harus dilakukan guru (Buras, 27/11), hal terpenting yang harus dilakukan guru adalah memerdekakan kelas dari dehumanisasi yang membelenggu guru dan murid selama ini.
Guru frustrasi memikul beban kirilulum dan yang padat dan administrasi sehingga tidak sempat mengaktualisasikan kapasitas dirinya untuk mengembangkan kreativitas, karakter, dan bakat muridnya.
Sedang murid mengalami dehumanisasi diperlakukan seperti robot perekam apa yang didengar, dilihat, dan dijejalkan guru untuk ia hafalkan dan ia simpan dalam memorinya. Kualitas seberapa memori itu efektif, dites lewat ujian semester, berlanjut ke ujian akhir sekolah (UAS) dan Ujian Nasional (UN). Tak cukup peluang bagi murid untuk mengembangkan kreativitas, karakter atau kepribadian dan bakatnya.
Dari semua kekangan terhadap guru dan murid itulah kemerdekaan pembelajaran diwujudkan. Menjadikan ruang kelas sebagai arena revolusi kemerdekaan pembelajaran, jelas sebuah inovasi brilian. Sebab, pembelajaran merdeka yang dikenal selama ini antara lain dengan "membongkar sekolah" (Ivan Illich, Deshooling Society, 1971), atau menjebol struktur masyarakat yang menindas (Paulo Freire, Pedagogi of the Oppressed, 1970).
Dalam sistem pembelajaran merdeka Nadiem, guru dan murid menjadi subjek demokratis yang aktif di ruang kelas. Sehingga, dengan membebaskan mereka dari belenggu yang mengekang mereka sebelumnya itu, tercapai tujuan pembelajaran merdeka sebagaimana dimaksud Ivan Illich.
Yakni pertama, pendidikan memberi kesempatan kepada semua orang untuk bebas dan mudah memperoleh sumber belajar pada setiap saat.
Kedua, pendidikan mengizinkan semua orang yang ingin memberikan pengetahuan mereka kepada orang lain dengan mudah, demikian pula bagi orang yang ingin mendapatkannya.
Ketiga, menjamin tersedianya masukan umum yang berkenaan dengan pendidikan. (Ini tugas institusi pengelola pendidikan).
Untuk terlaksananya sistem pembelajaran merdeka, tentu perlu bimbingan kepada guru dan murid untuk berperan sebagai aktor demokrasi pendidikan.
Masyarakat bangsa harus siap menerima konsekuensi pembelajaran merdeka, bangkitnya the silent majority sebagai generator perubahan. Kalau tak siap, bisa gonjang-ganjing. ***
0 komentar:
Posting Komentar