ISTRI seorang penyair khawatir suaminya yang butuh keheningan untuk berkarya terganggu konsentrasinya oleh kebisingan suara tukang kaleng, tetangga barunya!
"Tak perlu khawatir!" tegas istri tukang kaleng. "Semakin tinggi tingkat kebisingan, makin tinggi pula nilai keheningan di dalamnya!"
"Sok tahu! Bagimu suara kaleng gedombrengan pertanda kehidupan!" timpal istri penyair.
"Lagi pula, nilai keheningan itu tidak ditentukan oleh kebisingan yang membingkainya! Tapi ditentukan kualitas puisi yang bisa dilahirkannya!"
"Apa ukuran kualitas puisi?" tanya istri tukang kaleng.
"Kejujuran yang terkandung di dalamnya!" jawab istri penyair.
"Kejujuran puisi apa pula ukurannya?" kejar istri tukang kaleng. "Kalau kejujuran tukang kaleng jelas! Ember, ceret, dandang yang dia buat tidak bocor bahkan diuji dengan api kayu, minyak tanah, atau gas sekalipun!"
"Kejujuran puisi diukur dari ketangguhannya memandu di jalan kebenaran!" jawab istri penyair. "Presiden John F. Kennedy menegaskan jika politik membengkokkan, puisi meluruskan!"
"Kalau begitu, sekarang politik sudah demikian jauh membengkokkan dan memelintir kebenaran sehingga kehidupan rakyat kusut masai jadi korban korupsi yang semakin merajalela, mana puisi suamimu yang seharusnya mengurai dan meluruskan kembali kehidupan bernegara-bangsa yang serbakorup itu?" desak istri tukang kaleng.
"Bagaimana suamiku bisa menulis puisi setangguh itu, kalau suamimu sepanjang tahun siang-malam bising gedombrengan terus?" jawab istri penyair.
"Itu berarti, agar suamimu menulis puisi yang mampu meluruskan kembali yang dibengkokkan politik perlu inpres—instruksi presiden!" tukas istri tukang kaleng.
"Inpres agar suamiku tak bising dalam bekerja, dan agar suamimu menulis puisi!"
"Inpres tak dijamin bisa menggerakkan pena suamiku untuk menulis puisi! Juga belum tentu bisa menghentikan kebisingan kerja suamimu yang jadi hajat hidup keluarga!" tegas istri penyair. "Inpres mengusut kaitan lebih jauh mafia hukum Gayus Tambunan saja tak jalan, juga inpres menangkap Nazaruddin kalah cepat dari kaburnya Nazaruddin meninggalkan Singapura!"
"Terbukti tukang kaleng lebih baik. Meski bising kerjanya, tahan uji dengan segala jenis api!" tegas istri tukang kaleng. "Sedang politik, kebisingan retorikanya hanya guna menutupi pembengkokan dan pemelintiran yang dilakukannya, dan ternyata gagal diluruskan kembali oleh puisi!" ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Selasa, 05 Juli 2011
Istri Penyair Versus Istri Tukang Kaleng!
Label:
Mafia Hukum
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar