Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Konsolidasi Isu Sentral Re-reformasi!


"SETIAP gerakan perubahan menghadapi poros kekuatan antiperubahan—status quo, penikmat kekuasaan atas ketakadilan politik, ekonomi, hukum, dan sosial!" ujar Umar. "Kekuatan gerakan perubahan di Indonesia variatif dengan ujung tombaknya mahasiswa! Sebut saja dari berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) prodemokrasi dan perjuangan hak-hak sipil, Muhammadiyah dengan forum tokoh lintas agama, sampai debutan seperti Ormas Nasional Demokrat yang membuat kalangan established tak nyaman!"

"Beraneka gerakan perubahan itu menggarap isu sesuai bidang dan pendekatan masing-masing!" timpal Amir. "Akibatnya, isu sentral malah tak tergarap, hingga mainstream kekuasaan yang menikmati status quo malah sama sekali tak tersentuh! Itu sebabnya, meskipun reformasi telah berjalan 13 tahun, hakikat kekuasaan status quo belum berubah esensinya dari sistem Orde Baru!"


"Bahkan, korupsi dan orientasi elite terhadap kepentingan pribadi dan kelompoknya jauh lebih serakah dan lebih buruk daripada era Orde Baru!" tukas Umar. "Karena itu, untuk mendorong perubahan yang simultan perlu konsolidasi isu sentral oleh semua kekuatan gerakan perubahan! BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) telah memulai konsolidasi dimaksud lewat pembentukan forum nasional! (Kompas, 9-7).
Dengan isu sentral yang digarap bersama dan saksama, daya dobrak ke jantung mainstream status quo bisa lebih fokus dan telak—guna mereformasi kembali (re-reformasi) pokok-pokok masalah yang belum tuntas direformasi hingga kondisinya justru jauh lebih buruk daripada sebelum 1998!"

"Inti masalahnya pseudomatika—rezim yang hadir lewat menjual isu perubahan melaksanakan agenda reformasi sebatas retorika, realitasnya justru kian menjauh dari harapan!" timpal Amir. "Jumlah warga miskin malah bertambah dari 1990 (27,7 juta jiwa dengan garis kemiskinan 1 dolar AS per hari) jadi lebih 31 juta Maret 2010 dengan garis kemiskinan Rp211 ribu atau 72 sen dolar AS, lalu jadi 30,2 juta pada Maret 2011 dengan garis kemiskinan Rp233 ribu atau 88 sen dolar AS!"

"Setiap waktu, terus bertambah pula masalah yang tak bisa diselesaikan rezim! Setiap timbul masalah keluar perintah Presiden, tapi tak jalan—apalagi tuntas!" tegas Umar.

"Dari pemberantasan mafia hukum, pembatalan membangun gedung baru DPR, sampai mengatasi tumpukan truk di Merak dan Bakauheni—semua tak terealisasi!"

"Karena itu," sela Amir, "Perlu isu sentral yang tangguh untuk mengakhiri pseudomatika dan retorika, diganti dengan kerja nyata!" ***


0 komentar: