Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Pemerintahan Sudah Berhenti!


"BANGSA itu punya orang atau penguasa formal, seperti presiden atau gubernur, tapi tak memiliki pemimpin sejati! Ada pemerintah, tetapi perintahnya sudah tidak dipatuhi sehingga bisa dikatakan pemerintahan sudah berhenti!" Umar mengutip orasi Buya Syafii Maarif di ultah ke-60 Surya Paloh di Gedung Perintis Kemerdekaan, Jakarta, Sabtu. (Kompas, 17-7) "Pemimpin di negeri ini absurd, lanjut Buya. perintah 50% tak dijalankan. Jangan mengeluh, dong. Kenapa ini, apa penyebabnya? Apa perintahnya-tak masuk akal atau anak buahnya tidak patuh lagi. Kalau anak buah sudah tidak patuh, bisa dikatakan, kepemimpinan sudah berhenti!"


"Menurut Kompas, pernyataan Buya itu mengait ucapan Presiden SBY pada sidang kabinet baru-baru ini, bahwa pelaksanaan instruksi presiden capaiannya kurang dari 50%!" timpal Amir. "Namun, Sekretaris Kabinet Dipo Alam berkilah, dari 761 arahan atau instruksi presiden, lebih dari 70% dilaporkan ditindaklanjuti!"

"Selain 30% tak dipatuhi, ditindaklanjuti tak berarti masalahnya diselesaikan tuntas!" tukas Umar. "Contohnya tumpukan truk di Merak dan Bakauheni! Saat Presiden SBY memerintahkan agar diatasi, dalam waktu singkat tumpukan truk cair! Tetapi tindak lanjut itu bukan menyelesaikan tuntas sampai akarnya, cuma seperti aspirin menghilangkan rasa sakit sejenak! Tumpukan truk kini kumat, bahkan lebih parah lagi!"
"Kalau terjebak di tengah tumpukan truk yang berhari-hari antre tak kunjung mendapat giliran naik kapal, amat terasa yang ditegaskan Buya, pemerintahan sudah berhenti!" timpal Amir. "Tak ada pelayanan publik yang benar dan sungguh-sungguh untuk menciptakan kelancaran arus ekonomi selayak di negeri yang berpemerintahan! Di jebakan tumpukan truk itu, preman bermain gaya bebas seperti di negeri tak bertuan!"

"Masalah teknis seperti di Merak-Bakauheni saja tak bisa diselesaikan tuntas itu, relevan dengan penegasan Buya kepemimpinan menjadi sangat krusial terutama untuk mengatasi banyak masalah bangsa—yang tak sekadar teknis lagi--seperti korupsi!" tegas Umar. "Kata Buya, jangan hanya bilang kita hunuskan pedang melawan korupsi, tetapi pedangnya disarungkan lagi! Dengan itu bangsa ini tengah menuju kegagalan dalam melawan korupsi—dan banyak masalah lain—karena kepemimpinan yang tidak tegas!"
"Mengatasinya, hunus kembali pedang melawan korupsi, tangkap Nazaruddin!" timpal Amir. "Mesin pemerintahan yang macet tak mematuhi perintah, ganti onderdilnya! Jelas jebol, dibiarkan!" ***


0 komentar: