SEORANG guru yang lahir dan besar di kota heran, di dusun pedalaman tempatnya mengajar tak terlihat kesibukan menyambut Ramadan! Tak ada yang nyekar ke kuburan! Tak terlihat orang menyiapkan ayam atau kambing, apalagi sapi, untuk dipotong! Pokoknya tak terlihat penonjolan suasana menyambut Ramadan--apa lagi terasa berlebihan--seperti terlihat di kotanya!
"Puasa Ramadan itu ibadah substantif!" jelas Pak Kaum--pemimpin spiritual desa--saat ditanya si guru. "Maksudnya, secara hakiki ibadah puasa itu terkait hubungan sangat pribadi setiap hamba dengan Sang Pencipta! Kalau dibuat sedemikian seronok dikhawatirkan relasi yang sangat pribadi itu justru buyar! Atau kalau terlalu ditonjolkan ke muka publik keberpuasaan orang, ibadahnya malah bisa menjadi ria!"
"Tapi Ramadan kan perlu syiar, menggelorakan kehidupan beragama!" kilah guru. "Dengan syiar itu dikesankan warga bersemangat dan hikmat dalam kehidupan beragamanya!"
"Buat apa kalau cuma kesan! Di balik kesan yang menabirinya dari mata manusia, mereka justru melakukan perbuatan yang dilarang Sang Khalik di depan Sang Khalik itu sendiri!" tukas Kaum. "Ingat, yang sekadar hura-hura itu bukan syiar! Syiar itu intinya penyampaian kepada masyarakat luas atau orang ramai ajaran agama sebagai ajakan atau pemantapan iman, seperti tabligh! Jadi bukan asal heboh, gedombrengan, apalagi pakai ancaman menyakiti atau merugikan orang seperti lazimnya teroris--yang membuat warga jadi takut!"
"Bagaimana pemahaman ibadah substantif Pak Kaum untuk konteks seperti itu?" kejar guru.
"Ibadah dijalankan substansinya, rukun, wajib, dan sunat sesuai ketentuan ajarannya saja, tak diembel-embeli macam-macam lagi!" tegas Kaum. "Dalam hal puasa, secara substantif perintah-Nya selektif khusus diwajibkan buat orang-orang yang beriman! Jadi bagi yang tak beriman, itu urusan pribadinya dengan Sang Pencipta! Posisi kita pada mereka, mengajaknya ke jalan iman lewat syiar yang benar, bukan dengan ancaman, intimidasi, atau bahkan penyerangan, perusakan, bom!"
"Tapi, dengan prinsip ibadah sustantif itu, Pak Kaum berani jamin semua warga desa ini puasa selama Ramadan?" kejar guru.
"Siapa bisa menjamin semua orang puasa, karena secara substantif puasa Ramadan itu urusan dan tanggung jawab pribadi setiap orang beriman pada Sang Khalik!" jawab Kaum. "Soal hasil syiar, selain tarawih dan tadarus, lihat jamaah salat fardu di masjid dalam dan di luar Ramadan!"
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Sabtu, 30 Juli 2011
Puasa Ramadan, Ibadah Substantif!
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar