Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Skype Nazaruddin Lebih Gamblang dari Deep Throat!


"SKYPE (komunikasi video online) Nazaruddin dengan Iwan Piliang—wartawan Pantau—yang rekamannya ditayangkan Metro TV (22-7) lebih gamblang dari informasi Deep Throat, sumber berita reporter Washington Post Bob Woodward dan Carl Bernstein yang mengungkap skandal Watergate hingga Presiden Nixon jatuh 9 Agustus 1974!" ujar Umar.

"Deep Throat hanya memberi sepotong informasi atau nama yang harus dicari sendiri kaitannya oleh wartawan! Sedang Skype Nazaruddin, menunjuk aneka dokumen, kejadian, nama-nama, tempat, dan petunjuk lain untuk pembuktian!"

"Deep Throat itu siapa tak diketahui oleh kedua wartawan Washington Post! Bahkan setelah Nixon jatuh!" timpal Amir. "Tapi karena setiap informasi dikonfirmasi faktanya relevan, rangkaian tulisan mereka mendorong Senat membentuk komite impeachment terhadap Presiden Nixon!"

"Tapi Senat tak ujug-ujug membentuk komite itu! Komite yang dimatangkan oleh serial laporan Washington Post itu peningkatan dari komite penyidikan yang dibentuk Senat setelah Hakim John Sirica dalam vonisnya terhadap empat maling yang tertangkap 17 Juni 1972 di kantor Komisi Nasional Demokrat di Hotel Watergate, menyebut ada konspirasi politik di balik itu!" tegas Umar.


"Jadi informasi Deep Throat yang sepotong-sepotong itu baru punya makna dan kebenaran setelah dirangkai dengan keseluruhan fakta menjadi sebuah kejadian yang komprehensif!"

"Berarti, potongan-potongan informasi dari Nazaruddin yang disampaikan lewat SMS, BBM, wawancara dengan Majalah Tempo, wawancara siaran langsung dengan Metro TV, dan TV One, lalu komunikasi Skype dengan Iwan Piliang, faktanya harus disaring dan dirangkai secara komprehensif kejadian suap Wisma Atlet dan Hambalang Sport Center!" timpal Amir. "Masalahnya siapa yang bisa menjalankan peran Woodward dan Bernstein untuk menggali fakta-fakta dalam puzzle yang diberikan Deep 'Nazaruddin' Throat itu!"

"Di Indonesia mungkin tak ada wartawan segila Woodward dan Bernstein yang berani menyelidiki informasi terkait dengan rahasia kecurangan kubu juru kampanye presiden, sekalipun berdasar informasi Nazaruddin yang jauh lebih gamblang dari Deep Throat!" tegas Umar. "Idealnya aparat hukum yang berusaha untuk itu! Tapi, bahkan di Amerika pun, terkait dengan pusat kekuasaan FBI juga waktu itu bungkam! Maka itu ada Deep Throat—31 Mei 2005 W. Mark Felt, mantan Direktur FBI 1971—1973, mengaku dirinya Deep Throat!" (Wikipedia) ***


0 komentar: