Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Peringkat Daya Saing RI Turun!

WORLD Economic Forum (WEF) merilis indeks daya saing atau Competitiveness Index 2016 negara-negara di dunia, Indonesia berada di peringkat ke-41, turun empat tingkat dari posisi tahun lalu di peringkat ke-37. Peringkat RI itu di bawah Malaysia (25) dan Thailand (34).
Situs resmi WEF, Kamis (29/9/2016), mencatat sejumlah faktor penyebab turunnya peringkat daya saing RI, dengan memberinya skor, angka tertinggi berarti paling besar eksesnya. Faktor-faktor dimaksud dan skornya, korupsi (11,8), inefisiensi birokrasi pemerintah (9,3), infrastruktur yang terbatas (9,0), akses ke pendanaan (8,6), inflasi (7,6), dan ketidakstabilan kebijakan (6,5). Kemudian, buruknya etos kerja buruh (6,3), tingkat pajak (6,1), tenaga kerja pintar yang terbatas (5,6), kebijakan pajak (4,8), regulasi valas (4,6), ketidakstabilan pemerintahan (4,1), buruknya kesehatan publik (4,0), kejahatan dan pencurian (4,0), inovasi yang terbatas (3,7), serta peraturan buruh yang ketat (3,7). (detikfinance, 29/9/2016)
Selain itu, pilar-pilar penopang daya saing RI juga banyak yang masih di bawah rata-rata Asia Pasifik (AP), yakni institusi (RI 4, AP 4,5), infrastruktur (RI 4,2, AP 4,8), pendidikan tinggi dan pelatihan (RI 4,5, AP 4,9), efisiensi buruh (RI 3,9, AP 4,6), kesehatan dan pendidikan dasar (RI 5,2, AP 6), dan efisiensi pasar (RI 4,5, AP 4,8).
Dari data WEF itu tampak dengan jelas apa saja yang harus dilakukan untuk meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global. Namun, yang dialami justru kemerosotan peringkat, bahkan empat poin dalam satu tahun. Di mata dunia tentu hal itu menjadi cerminan kondisi domestik Indonesia yang kurang baik.
Cerminan demikian jelas kurang sesuai dengan realitas perekonomian nasional yang belakangan ini relatif makin kondusif, ditandai setidaknya dengan kurs mata uang rupiah yang pekan ini menguat hingga tembus ke level Rp12 ribu/dolar AS.
Namun, harus jujur diakui, menguatnya rupiah tidak terlepas dari sukses program tax amnesty, yang juga baru terjadi beberapa hari terakhir menjelang batasan waktu pengampunan dengan tebusan amat rendah. Ini memberi petunjuk bahwa ke depan sukses program tax amnesty bisa dijadikan pendorong bagi upaya perbaikan peringkat daya saing global kita.
Peningkatan daya saing global itu bukan sekadar nomor peringkat. Peringkat daya saing global itu cerminan kapasitas dan kualitas bangsa ini secara multidimensi dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Itu pengukur kapasitas dan kualitas manusia Indonesia. ***

0 komentar: